Tren Liburan 2025: Destinasi dan Gaya Perjalanan yang Akan Populer
Tahun 2025 menjanjikan banyak hal baru dalam dunia pariwisata. Setelah beberapa tahun penuh tantangan dan adaptasi, dunia kini mulai membuka diri kembali dengan semangat eksplorasi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Wisatawan kini tidak hanya mencari tempat yang indah, tetapi juga pengalaman yang bermakna, personal, dan berkelanjutan. Dari destinasi yang mulai naik daun hingga gaya perjalanan yang semakin digemari, inilah tren liburan yang diprediksi akan menjadi primadona di tahun 2025. 1. Destinasi Tak Biasa: Menjauh dari Hiruk Pikuk Alih-alih mengunjungi kota-kota besar yang sudah terlalu ramai seperti Paris atau Tokyo, para pelancong kini mulai melirik destinasi tersembunyi yang lebih tenang dan autentik. Tempat-tempat seperti Kepulauan Faroe di Atlantik Utara, Lofoten di Norwegia, hingga Togean di Sulawesi Tengah, Indonesia, semakin menarik perhatian karena menawarkan suasana yang damai, pemandangan yang luar biasa, dan interaksi yang lebih dekat dengan alam serta budaya lokal. Perjalanan ke destinasi yang jarang diekspos ini juga sering kali melibatkan pengalaman imersif, seperti tinggal bersama warga lokal, belajar membuat kerajinan tangan tradisional, atau menjelajahi alam dengan pemandu komunitas setempat. Ini bukan sekadar liburan, tetapi cara baru untuk memahami dunia. 2. Gaya Perjalanan yang Kian Personal dan Berkesadaran Di tahun 2025, orang tidak lagi sekadar “berlibur”—mereka ingin merasakan, menyelami, bahkan meninggalkan dampak positif lewat perjalanan mereka. Oleh karena itu, gaya liburan berikut ini semakin menjadi tren: a. Slow Travel Konsep slow travel terus mendapatkan tempat. Wisatawan kini lebih memilih tinggal lebih lama di satu tempat, membaur dengan kehidupan lokal, dan tidak terburu-buru berpindah dari satu destinasi ke destinasi lain. Mereka ingin menikmati suasana, mencicipi makanan lokal di warung kecil, dan mengikuti ritme hidup masyarakat setempat. b. Eco-Travel dan Wisata Berkelanjutan Kesadaran akan dampak lingkungan membuat banyak wisatawan memilih agen perjalanan yang ramah lingkungan, menginap di eco-lodge, dan mendukung aktivitas konservasi. Tren ini juga memicu munculnya banyak tur edukatif seperti penanaman mangrove,